Rabu, 01 Juli 2020

Akhirnya tiba di waktu yang selalu aku takutkan

Akhirnya tiba juga waktu yang selalu aku takutkan
Aku yang bodoh tidak bisa membaca pikiranmu
Pantas ketika pertemuan di rumahku, rumah yang kurancang untuk tinggal bersamamu,
Seolah pikiranmu sedang lari kemana-mana

Begitu pula ketika kita liburan bersama,
Aku gagal memahami kaburnya pikiranmu,
Aku selalu takut kehilangan kamu
Aku selalu tidak mau membahas perpisahan kita

Aku terlalu mencintaimu
Aku terlalu jatuh pada senyummu, pada renyahnya suara tawamu
Aku terlalu ingin kamu yang menemaniku seumur hidupku

Namun tidak dengan kamu, ternyata bukan aku yang kamu impikan
Ternyata aku tidak pernah ada di skenario hidupmu
Ternyata memang kamu merencanakan untuk membiarkanku hancur sendirian

Sekarang kamu sudah punya rumah baru
Sudah bahagia dan dengan teganya meninggalkan aku runtuh sendirian
Dulu kita yang sedekat nadi, kini sejauh matahari

Bila suatu saat yang entah kapan itu,
Bahkan hampir mendekati kemustahilan kamu membaca kata-kata ini
Kamu harus tahu,
Kamu telah menghancurkan aku sedemikian rupa,

Tapi lagi-lagi, aku tidak akan pernah bisa membenci kamu
Terlalu besar rasa cinta aku buat kamu
Semoga suatu saat kamu menyadarinya, walaupun mustahil

Akhirnya tiba juga di waktu yang aku selalu takutkan

Minggu, 17 Juni 2018

Aku Sabat, Engkau Kiblat


Saat jurang perbedaan begitu dalam,
aku dengan segala kesombonganku mengatasnamakan Tuhan  membuat suatu kesimpulan bahwa Dia membuat jembatan... bernama cinta...

celakanya, cinta kadang tak tahu alamat, dia datang bukan hanya sebatas pertemanan, persahabatan...
dia menjelma, merasuk, dicampur egoisme sang empunya...

4 tahun sudah, jembatan itu dibangun dari masing- masing sisinya, walau kedua sisi tahu tak akan pernah menemui titik temu, jurangnya begitu dalam, amat dalam, bahkan mungkin ikan laut dalam, sang perenang ulung sekalipun akan terhentak oleh dalamnya jurang itu...

Bagaimana mungkin, yang satu guru agama,
Satunya tertutup kain penanda takwa sekaligus anak dari guru agama...
Arah ibadah kami berbeda... satunya sabat, satunya kiblat..
Cinta, memang benar sudah salah alamat...
Kalau kau jago matematika,
Coba jelaskan, dengan persamaan apakah keduanya berhasil menyebrang? Aku mau pelajari

Banyak pihak memprediksi hubungan ini akan hanya seumur jagung, namun nyatanya berhasil melampaui hubungan relationship goals yang pasangan lainnya tampakkan..
nyatanya hubungan mereka kandas... kami melalui 3 kali lebaran dan 3 kali natal

12 Juni 2018 aku bertemu kawanku 
Kawanku  mengatakan “ah, aku ga mau lah sama si X, kayanya ga satu frekuensi”
aku menjawab, “ada wanita yang mati-matian kupertahankan, kuperjuangkan, karena betul katamu, dia sudah satu frekuensi denganku, namun ada sisi menyisi yang berbeda, frekuensinya sudah sangat sama, eh, ironisnya perbedaannya begitu nyata”

Sehari sebelumnya, tanggal 11 Juni 2018
Dia pulang ke rumahnya, aku kekeuh menemuinya terlebih dahulu atas nama takut kangen,
maka 9 Juni 2018 kupaksakan diriku pergi ke Bandung menemuinya..

Diam-diam aku menyimpan ketakutan: Bagaimana kalau lebaran ini tak seperti lebaran tahun sebelumnya, bagaimana kalau memang orang tuanya menuntut ini dan itu, bagaimana kalau kakaknya semata wayang memberinya wejangan, bagaimana kalau aku salah bahasa dalam percakapan, sewaktu-waktu dia berlalu...

19 Januari 2020
Sepertinya....
Ketakutanku jadi nyata...

Kamis, 10 Mei 2018

Senin, 25 September 2017

CURUG LEUWI HEJO - CURUG CIBALIUNG

meet our private pool
Short escape to Leuwi Hejo - Leuwi Lepet - Leuwi Lieuk - Leuwi Baliung is absolutely not a bad idea!

Terletak di Kabupaten Bogor tepatnya di Desa Sukamakmur curug-curug diatas bisa diakses dari dua arah :
1.Bogor melalui jalan sekitar Jungleland lalu masuk ke jalur Desa Sukamakmur, atau
2.Akses jalan dari puncak yakni jalan sekitar perumahan Kota Bunga menuju Camp David Resort atau Mount Hermont (arah menuju Jonggol)

Jadi ada kelebihan dan kekurangan melalui dua jalur diatas sih, kurang lebih seperti ini:
1. Kalau kalian memutuskan jalur Bogor - Jungeland mungkin akan mudah jika diakses melalui mobil (ada akses jalan tolnya juga, jadi cukup mudah untuk mengakses jalannya jika menggunakan mobil), menggunakan motorpun bisa dikatakan tidak terlalu sulit, apalagi kalau berasal dari Jabodetabek mungkin cukup mudah menggunakan jalur ini, namun jika berangkat melalui jalur Cipanas-Cianjur maka perjalanan bisa dikatakan menggunakan jalur memutar karena harus masuk ke kota Bogor terlebih dahulu.

2. Jalur Jonggol bila diakses dari arah Cianjur jarak tempuhnya lebih dekat , namun akses jalannya bisa dikatakan tidak bagus, ya kalo di persentasikan mungkin kurang lebih 20-30% perjalanan melalui jalan yang aspalnya rusak (bahkan ada jalan yang belum di aspal). TAPIIIII, di sekitar perjalanan kita akan disuguhi pemandangan yang indah dan menyegarkan mata





Tiis Ceuli, Herang Panon
Curug Cibaliung/ Leuwi Baliung adalah tujuan utama curug yang saya mau tuju, nah letak dan posisi curug Cibaliung itu ada di paling ujung dari jajaran leuwi-leuwi yang ada, jadi akses masuknya adalah dari Leuwi Hejo, berjalan terus menaiki bukit-bukit (cukup melelahkan tapi sangat mengasyikan ada trackingnya dulu).

i don't mind spending one hour tracking to access my private pool
Ya seperti yang kita ketahui, kalau mau mendapat tempat yang terbaik ya harus ada usaha lebih yang dikeluarkan, menuju Cibaliung perlu tracking yang tidak sebentar (kurang lebih satu jam perjalanan) jalannya nanjak terus, dan jalannya masih tanah-tanah (kalau hujan cukup licin, jadi persiapkan alas kaki yang nyaman untuk kalian yang mau ke curug Cibaliung ini) tapi view ketika kita sudah sampai di curug Cibaliung tidak akan mengecewakan, airnya jernih, dingin, you won't regret it!


Ke curug Cibaliung ini sangat menyenangkan, tidak banyak sampah dan tidak terlalu banyak orang yang datang (karena mungkin orang-orang yang berkunjung lebih banyak yang menghabiskan waktu di Leuwi Hejo atau leuwi-leuwi sebelumnya yang jarak tempuhnya tidak terlalu lama) dan yang terutama alay-alay yang 'so-so pecinta alam tapi nyampah dimana-mana' mungkin ga punya niat yang terlalu tinggi menuju curug Cibaliung ini which is BAGUS LAH BIAR GA BANYAK SAMPAH 😄😄😃


Tapi kalau mau yang dekat-dekat dan mudah di akses (cocok untuk liburan keluarga bareng anak kecil atau ehem.. mau pacaran aja) maka leuwi-leuwi sebelumnya seperti leuwi hejo, leuwi lieuk ataupun leuwi lepet  adalah tempat yang paling cocok untuk main-main air bareng. berikut penampakan leuwi lepet (kalo ga salah) atau leuwi lieuk (ga inget-pokonya leuwi sebelum Cibaliung)

nah kan bocor kan :(

Sayangnya ga foto di Leuwi Hejo karena banyak banget pengunjung dan males fotonya kalo kebanyakan manusia dan mahluk sejenisnya. Tapi Leuwi Hejo kalau weekday konon kabarnya tidak terlalu banyak orang dan dipastikan sangat asik jika berkunjung ke tempat-tempat alam dengan tidak banyak alay yang datang 😄

Dari sekian banyak kenikmatan liburan singkat ke curug Cibaliung ada hal-hal yang kurang menyenangkan juga sih diantaranya adalah:
1. Kalo weekend objek wisatanya rame banget orang yang untungnya terfilter di leuwi-leuwi sebelum curug Cibaliung
2. Biaya masuk ke Leuwi Hejo kalau weekdays hanya 15.000 sudah termasuk parkir motor, ehh tapi kalo weekend biaya masuk ke Leuwi Hejo itu 25.000 (ditambah ke Leuwi Lepet 5.000, belum berhenti di situ, ke Cibaliung tambah lagi 5.000, dan biaya parkir bayar lagi walaupun cuma 2.000) ga besar sih, cuma kan suka sebel sama yang terus-terusan ngeluarin biaya, kesannya jadi buruk karna banyak tagihan-tagihan melulu.








Over all Curug Leuwi Hejo - Curug Cibaliung is a perfect short escape, nice tracking, clear water, absolutely amazing private pool!

Sabtu, 15 Oktober 2016

MINGGU SENDU

pagi ini aku kehilangan kekerasan kepalamu
kamu yang dulu kuanggap memperjuangkanku

mungkin kamu mau terbang lebih tinggi
dan aku yang selalu saja keras ingin pegang sayapmu
seolah aku yang paling tahu caranya membuat kamu terbang paling tinggi

aku lupa kamu bukan layangan yang butuh penerbang untuk jauh melayang
selama ini aku baru sadar.. saat kamu mulai jenuh aku kekang

terbang jauh lebih tinggi, stubborn!
maaf sudah mengekangmu terlalu lama

Selasa, 20 September 2016

PUNCAK GUNUNG GEDE PANGRANGO

Alun-alun Surya Kencana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
So, this is the second time, the second chance for me to visit Mount Gede's Peak, ketika diajak temen, aku mah anaknya hayuan.. hayu-hayu aja kalau diajak mah..dulu juga kuat naik gunung, dengan modal dulu kuat yaudah hayuin aja ketika diajak naik gunung lagi..

Tapiiiiii, bedanya sekarang lebih ada persiapannya, dulu naik gunung dipikir-pikir agak nekad juga sih, berangkatnya pake sendal gunung (sempet di suruh buat surat pernyataan siap bertanggung jawab oleh pihak Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan tanda tangannya harus bermaterai -_-" karena membahayakan diri sendiri)

Dulu juga camping pake tenda pramuka, bukan tenda dome (jadi itu angin di gunung dinginnya warbiyasaaaa), bawa banyak perlengkapan yang dijinjing, karena tasnya bukan tas carrier dan ampunnya lagi dulu ga bawa sleeping bag, malah bawa sarung (ini di pikir mau ronda di gunung apa ya)



Nah, pada kesempatan kedua ini, dengan berbekal pengetahuan yang ada, jadi beli sepatu gunung, kupluk, sarung tangan, sleeping bag, botol minum filter dan yang sekarang nyewa tas carrier, dan tenda dome. Secara persiapan kesempatan kedua lebih baik dari pertama kali naik gunung Gede.

Selain persiapan perlengkapan yang lebih baik, pada kesempatan kedua naik gunung Gede, kami memutuskan untuk menyewa porter, agar kami tidak kerepotan membawa tenda dan dimudahkan dalam proses masak dan persiapan yang lainnya (karena rombongannya cuma bertiga, jendral)


Mr.Gugun (Jaket hitam-hijau) naik gunungnya pake Turbo, cepet banget
Itu dia, Pak Gugun (Porter Gunung Gede Pangrango, tapi katanya Pak Gugun juga bisa ngeporterin ke gunung yang lainnya sesuai dengan permintaan), serius deh, kalau naik gunung sama porter, kita diuntungkan waktu, karena tenda dibongkar pasang sama Pak Gugun, kalau kita mau masak juga di masakin sama Pak Gugun (pas waktu pertama kali naik gunung, masak nasi liwet, aduh udah repot bawa alat masaknya, ga taunya ga enak nasi liwetnya, hahaha, tapi ya namanya di gunung, di makan juga walopun ga enak) 

Harga dia ngeporterin juga terjangkau sih kalau berangkatnya bersama kelompok yang banyak, hehehe.. mungkin bisa nawar juga harganya, nah kalau No.Kontak Pak Gugun 081912195717

Pak Gugun kelahiran 1958, jadi tahun 2016 ini umurnya 58, tapi naik gunungnya luar biasaaaa, seminggu bisa 3 kali naik gunung kalau lagi rame yang butuh ngeporterin. Kalau di porterin sama Pak Gugun, banyak cerita seru yang dia ceritakan, mitos-mitos gunung Gede, binatang buas gunung Gede
Nyewa porter untuk naik gunung itu ga akan rugi deh..hehehe..trik supaya bayar porternya tidak terlalu terasa mahal, ajak rombongan minimal 10 orang, jadi kan seorang cuma 60ribu aja, terjangkau!

Sehat-sehat terus ya Pak Gugun!












Jalur pendakian yang kami pilih menuju Puncak Gunung Gede adalah Jalur Gunung Putri, kami pilih karena jarak tempuhnya tidak terlalu jauh, dan jalur pendakiannya tidak terlalu ekstrim, dan ketika kita sampai, kita langsung menuju alun-alun Suryakencana yang viewnya biyuutifuuulll :)

Sebetulnya ada 3 jalur pendakian menuju puncak gunung Gede Pangrango yakni jalur Gunung Putri, jalur Cibodas, dan jalur Selabintana.
Tapi jalur Cibodas dan Selabintana tracknya cukup sulit untuk pendaki pemula, Cibodas aman sih, cuma kekurangannya itu lebih jauh jarak tempuhnya, yang parah mungkin jalur Selabintana, kebayang aja dari Sukabumi jalan ngebelah gunung ke Cianjur dan katanya setelah denger-denger kabar, jalur Selabintana banyak pacetnya (jadi cukup sulit itu jalur Selabintana tuh)

Jalur Cibodas relatif lebih aman, hanya saja  kita naik dari bawah Cibodas, lalu ngecamp di Kandang Badak yang notabene masih 3 jam lagi menuju puncak (dan 3 jam itu jalurnya cukup ekstrim, karena melewati tanjakan setan, setelah itu jalur pendakian cukup sulit)
Ini dia, jalur yang paling ditunggu-tunggu dari Jalur Pendakian Gunung Putri: Jalan Lurus, kalau sudah sampai sini, tinggal 2 detik lagi sampai di Alun-alun Surya Kencana
Kesimpulannya dari tulisan yang cukup panjang di paragraf tadi adalah silahkan pilih jalur yang sesuai dengan kemampuan sodara-sodari, tapi kalau saran saya, mending lewat jalur Gunung Putri, karena saya naik 2 kali ke Puncak Gunung Gede lewat Jalur Gunung Putri. #TeamGunungPutri


THE BLOOM EDELWEISS



Ini dia kelebihan kalau kita naik lewat jalur pendakian Gunung Putri:  Alun-Alun Surya Kencana yang dipenuhi oleh Edelweiss, 

Tumbuhan ini konon katanya adalah bunga abadi, karena ketika sudah dipetik tidak akan layu lagi.
Tapi buat apa dipetik, justru dengan dipetik, kita akan kehilangan indahnya perjuangan mendaki gunung.
Edelweiss is very beautiful! of course it's more beautiful if you can see with your own eyes, your very own eyes!

Pas sampai di puncak, pas edelweissnya sedang mekar, kata pak Gugun, lebih indah kalau belum mekar, ah tapi mau mekar mau tidak, sama kecenya!

You have to see it yourself.
A huge field with a warm sun shining us, an Edelweiss complete the view!

Alun-alun Suryakencana.




Kita lanjut jalan ke tempat kita camp, nah dari jalur keluar Gunung Putri menuju tempat camp, kita jalan lagi sekitar 10 menit, tenang, jalannya lurus, tidak menanjak lagi, hanya saja kalau kalian gampang masuk angin, gunakanlah jaket atau kupluk atau penutup kepala lainnya, walaupun siang hari.

Karena teman saya pas naik sih semangat, udah nyampe Surken juga semangat, pas jalannya seperti yang sehat-sehat aja, ehhh nyampe tenda langsung tepar masuk angin. Jadi kurang lama menikmati alun-alun karena sakit, hehehe, sayang banget kan?

Nah, enaknya kalau kita pakai porter, maka si porter akan naik duluan dan akan mendirikan tenda terlebih dahulu, jadi sudah cape naik, lalu kita tinggal beres-beres dan masuk tenda untuk beristirahat.

Pak Gugun ini membuat tenda pribadi dari plastik dan ga kedinginan si Pak Gugun, kita aja tidur di dalem tenda dinginnya minta ampun, Pak Gugun di saung plastik bisa tidur nyaman, yaaa namanya juga profesional yak..heheheheu.



Dari Alun-alun Suryakencana menuju Puncak Gunung Gede kita harus naik lagi, kurang lebih perjalanan sekitar 1 jam menempuh jalur yang cukup menanjak.

Perjalanan kami mulai pukul 4 pagi (agak telat dikit karena sarapan dan beres-beres dulu), berangkat pukul 4.15 pagi karena kami mau mengejar sunrise di puncak, dan hasilnya telat sekitar 15 menit. tapi masih tetep kebagian lah ya sunrisenya, ga terlalu telat-telat banget.

Perjalanan 1 jam nanjak subuh-subuh itu cukup luar biasa, udaranya dingin, tapi napasnya engap, hahaha, tapi untuk view sebagus foto di bawah, its worthed!



Its really good to see the sun rises again, the air is so fresh, incredible feeling up there! How Great Is Our God!




View yang mungkin sering terlewat para pendaki Puncak Gunung Gede adalah view di atas ini, viewnya amazing!

Kenapa sering terlewat? karena memang posisinya tidak terlalu puncak, masih ada di daerah sekitar pendakian, di beri tahu view ini oleh seorang teman yang dulu juga pernah fotoin di tempat ini.

Isn't it cool?


Tujuan kita naik gunung adalah untuk turun kembali ke tempat asal kita dengan selamat. Setelah kita menikmati view dari atas Puncak Gunung Gede, sekarang markipul.

Jalur pulang kita pilih jalur Cibodas, kenapa?
1. Karena di Cibodas, banyak akses angkot menuju Cianjur (angkot dari Gunung Putri menuju Cianjur cukup sulit, kata pak Gugun harus di carter, harganya 120 ribuan, wadaw mayan juga yak)
2. Setelah melalui tanjakan setan, jalur turun berupa bebatuan, jadi tidak takut nyasar, ya lewat Gunung Putri juga tidak akan nyasar sih, tapi alasan ini diungkapkan lumayan buat nambah-nambahin kata-kata di blog..hahahaha
3. Karena banyak tempat singgah untuk foto-foto di sekitar jalur pulang melalui Cibodas
The Legendary TANJAKAN SETAN
yang bawa kamera ya tugasnya motoin, yanasib gapunya foto di tempat ini :(
Nah spot yang pertama adalah Tanjakan Setan, sekarang yang kami hadapi adalah Turunan setan, kenapa dinamakan Tanjakan Setan? karena mungkin Tanjakannya itu sangat curam, hampir 90 derajat, dan membuat setiap orang yang naik akan berkata "SETAN NIH TANJAKAN!"
hahaha.. itu baru hipotesa awal.. kebenarannya tidak bisa di pertanggung jawabkan!

Curug... ( lupa lagi namanya :( )
Spot kedua adalah curug ini, lupa lagi namanya :( spotnya dekat kandang batu, tidak jauh dari lokasi air panas di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Spot ini jarang di kunjungi, karena mungkin tidak terlalu besar, tapi menurut saya ini spot yang tidak kalah kerennya dari spot lainnya.



Nah ini spot ketiga yang ditunggu-tunggu oleh kami, yakni spot air panas, disini kita bisa berendam kaki atau seluruh tubuh kita, saya sih memilih untuk hanya berendam kaki, karena males ganti-ganti celananya.

Tapi tenang, buat yang mau berendem seluruh tubuh, di deket sini bisa ganti baju sambil sembunyi-sembunyi di belakang dedaunan.hehehe..


Sebelum tiba di pemberhentian akhir, kita foto dulu di jalur ini, jalur ini sering dilalui oleh para pengunjung curug Cibereum, keliatannya buat para pendaki, foto disini mah cemen, tapi kan jarang-jarang kesini bawa tas carrier sama matras, jadi kami sempatkan untuk foto di jembatan ini.

Cuplikan kalimat dari pemeran film 5cm saya pilih untuk menutup tulisan Perjalanan Naik Gunung Gede : "Dengan naik Gunung, kita bisa tahu siapa diri kita sebenarnya"

Take nothing but picture, Leave nothing but footprint

Senin, 22 Agustus 2016

THE FAMOUS TEBING KERATON, BANDUNG

5:00 am and the mist still there, the wind so cold, welcome to Dago!
“Elu dari Cianjur jam 3 pagi ya! Biar kekejar kabut-kabutannya”
“Siaaaaaappp!!”
Tepat  jam 3 pagi alarm bunyi, lalu gue siap-siapin dulu barang, mules dulu, dan siap berangkats!
*oke skip that mules part*
Paaas banget keluar rumah : hujan!
Hujannya gerimis sih, jadi gue memutuskan untuk berangkat ajalah dulu, siapa tau nyampe Bandung mah ga ujan.
Sepanjang jalan udah deg-degan takut ga ada kabut-kabutan, soalnya dulu pengalaman pas SMP pergi ke Gunung Tangkuban Parahu kawahnya ketutupan kabut, seketika langsung hilang kabutnya karena turun hujan, dan takutnya udah bela-belain bangun pagi, ehh gataunya di Tebing Keraton kabutnya kaga ada.
Ternyata gue salah, walaupun pas udah nyampe tebing keraton turun hujan, tetep masih ada kabut-kabutnya, perjalanan yang udah bela-belain dari pagi buta terselamatkan..fiuuhh




The idea is, how to make me dresses with the stunning shirt beside the green and white background
 Akses dari parkiran mobil menuju lokasi Tebing Keraton ya lumayan jauh, tapi ya ga jauh-jauh amat juga, tapi ya kalo yang mau ngejar kabut-kabutan subuh sih ya jadi lumayan jauh, eh gimana sih, bingung ga sih bacanya?  Iya gue juga bingung ngetiknya L
Kurang lebih jaraknya 3 km, bisa di tempuh dengan jalan kaki atau dengan menggunakan ojek di sekitar Tebing Keraton, bayar ojeknya 50ribu rupiah pulang pergi ditungguin. Kalau cuma perginya saja biayanya 30 ribu rupiah (ini kata tukang ojeknya sudah tidak bisa di tawar, udah kesepakatan bersama katanya). Yaudalah karena males jalan dan ada yang mau bayarin ojeknya, sikat aja lah naik ojek.
Ojek di Tebing Keraton itu ekstrim-ekstrim, dengan akses jalannya jelek dan menanjak, mereka masih aja gaspol, ini sih tips dari gue kalo milih ojek di Tebing Keraton, pastikan ketika badan kalian tidak ringan atau kalian tidak memiliki ilmu meringankan tubuh, jangan pilih ojek yang menggunakan motor matic, lah apalagi mamang tukang ojeknya udah engga yakin bakalan kuat motornya, alhasil kalian pasti mengalami yang gue alami yakni  kepaksa jalan di tanjakan terakhir menuju Tebing Keraton  

*yanasip badan berat*




Biaya masuk ke Tebing Keraton adalah 12 ribu rupiah pertanggal 13 Agustus 2016, sepertinya Tebing Keraton mulai dibuka sekitar  pukul 05.00, Ketika sampai di Tebing Keraton, lokasinya masih belum terlalu penuh, ada sih 3-4 orang yang udah duluan masuk, tapi yaahh masih sepi lah ya.. masih aman untuk  foto-foto dan ngeset kamera buat timelapse..untung aja ada mamang ojek yang mengantar.. walaupun motornya ga kuat di tanjakan terakhir, 
servis atuh euy mang motor teh biar kuat nanjak..
hahaha




Salah satu dari keempat pengunjung yang sudah standby dari pukul 5 pagi adalah si bule di foto gue ini, udah gaya banget dia pake topi cowboy, pake scarf, tas backpack ala-ala traveler, celana jogger pants, sandal gaul, dan jambang yang gagah. Ah gue pikir numpang fotoin aja buat di masukin ke blog gue..hahaha
Itu bule belum mandi kayanya, dia juga seudah di foto minta ditemenin ke WC sama temennya, mules juga sepertinya…. 
Tuh makanya bule, gapapa telat dikit, yang penting mulesnya di rumah aja, ga repot-repot mules di Tebing Keraton 

*ini kenapa sih jadi ngomongin bule yang mules :(*

before (1)

before (2)
after (1)
after (2)
Tebing Keraton Bandung terus memperbaiki batas-batas tebing, yang ketika tahun lalu gue pergi ke Tebing Keraton, pagar pembatasnya pendek, sehingga masih memungkinkan untuk di loncati oleh pengunjung, termasuk gue. Sekarang sudah di buat pembatas yang tinggi-tinggi, sehingga tidak ada yang berani untuk melewati batas pagar itu.



So, Tebing Keraton on the very cold saturday morning will relaxing you! Feel the fresh air, Feel the silence, feel the calming cold wind, Feel the cloud moving fast and the sun hurry to rise again.
Hmmmmm.. I think I’m ready to face weekdays again!